Bangsa Indonesia bukanlah sebuah negara yang hanya terdiri dari
5000 desa dan hanya berpenduduk beberapa juta jiwa saja. Ada sekitar 60.000
desa yang tersebar di Indonesia yang dihuni oleh 220 juta jiwa penduduk. Dari
total angka tersebut, 30.1 juta penduduk di Indonesia merupakan pengguna
Facebook sedangkan 6.2 juta sisanya adalah para pengguna Twitter. Fakta
tersebut mencatatkan Indonesia sebagai negara pengguna Facebook nomor 2
terbesar di dunia dan juga sebagai negara pengguna Twitter nomor 3 terbesar seasia.
Secara global, Indonesia menduduki peringkat satu dalam penggunaan Twitter
(20.8%) melebihi jumlah persentase negara Brazil (20.5%) dan Amerika (11.9%).
Bahkan jika dihitung, pengguna handphone, kartu data dan media internet
lainnya, akan muncul angka sekitar 4.5 juta pengguna internet di Indonesia.
Jumlah blogger sendiri mencapai angka sekitar 2.7 juta. Bahkan secara umum,
pengguna handphone di Indonesia mencapai jumlah 150 sampai 180 juta pengguna.
Jumlah yang fantastik, karena bila membicarakan tentang topik media sosial dan
sejenisnya, jumlah pengguna di Indonesia telah mencapai angka yang luar biasa.
Dilihat dari faktor sosial, pada dasarnya orang ingin dikenali, menunjukkan
keberadaannya (exist), mengekspresikan diri dan menjalin hubungan dengan orang
lain. Hal hal tersebut merupakan sifat dasar manusia. Maka ketika media sosial
mulai diperkenalkan, setiap orang yang mengetahuinya langsung memanfaatkannya
untuk bersosialisasi. Media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk
bersosialisasi namun juga dapat mnejadi peluang bisnis, contohnya adalah sebuah
cerita tentang seorang tukang becak di Yogyakarta. Cerita tersebut merupakan
pengalaman dari seorang tukang becak yang juga pengguna Facebook. Setelah
mempelajari Facebook dan mengaplikasikan layanannya ke seluruh dunia, tukang
becak tersebut mendapat klien dari luar negeri yang kemudian datang ke Yogya
karena perbincangannya dengan si tukang becak. Selama di Yogya, tukang becak
itu menjadi pemandu wisata bagi turis tersebut dan berhasil mengeruk keuntungan
yang jumlahnya tidak sedikit. Fakta tersebut mengungkapkan bahwa seseorang bisa
saja mendapatkan peluang bisnis dengan memanfaatkan Facebook sebaik baiknya
daripada hanya sekedar menggunakan Facebook untuk update status. Kisah lain
juga datang dari para Blogger. Seorang Blogger bernama Bengawan yang bertempat
di Solo sanggup membuat sebuah komunitas pelatihan menulis Blog yang ternyata
tidak hanya diikuti oleh para mahasiswa namun komunitas tersebut juga menarik
perhatian beberapa orang untuk bergabung. Menariknya, para anggota komitas ini
meliputi segala kalangan, termasuk orang orang penyandang cacat. Bagi
penyandang cacat, media Blog merupakan suatu sarana yang menguntungkan. Melalui
Blog, mereka mengeluarkan uneg uneg dan menceritakan tentang diri mereka kepada
dunia. Komunitas tersebut tidak hanya mengajarkan cara membuat Blog namun juga
mengajarkan para anggotanya tentang Desain Grafis, Photoshop dan juga
komputerisasi umum bagi para anggota yang baru mengenal komputer. Sammy
Pangerapan, salah satu asosiasi penyedia layanan internet menjabarkan, bahwa
salah satu tujuan hidupnya adalah memberikan dukungan dan memperkenalkan betapa
indah dan bergunanya internet kepada masyarakat yang tidak begitu mengenal
internet. Sammy juga menjelaskan lebih jauh bahwa internet mempermudah mereka
dalam melakukan bisnis, saling berhubungan, saling berbagi, dan juga merupakan
tempat untuk menambah ilmu pengetahuan. Sammy juga menganggap belajar internet
jauh lebih menguntungkan daripada membuang buang tenaga untuk melawan aspek
aspek negatif. Di sisi lain, keberadaan media bisa menjadi hal yang sangat
vital bagi seseorang. Sebuah account Twitter “Blood For Life” merupakan salah
satu contohnya. Menceritakan tentang seorang dokter yang memanfaatkan account
tersebut untuk mencoba mencari donor darah yang sulit dicari bagi pasiennya
yang akan menjalani operasi. Para anggota account “Blood For Life” yang
mendapat informasi tersebut langsung menuju rumah sakit untuk mendonorkan darah
mereka. Dan berkat itulah pasien itu dapat menjalani operasi sesegera mungkin.
Mungkin bagi beberapa pengguna Twitter, Twitter hanyalah tempat untuk update
status, namun bagi seseorang, Twitter ternyata adalah salah satu media yang
sanggup menyelamatkan nyawa seseorang. Masih terkait dengan media sosial, tentu
kita masih ingat tentang kasus pada tahun 2008 yang melibatkan seorang ibu
rumah tangga yang juga seorang pengguna internet bernama Prita Mulyasari. Dalam
e-mailnya, Prita Mulyasari mengeluhkan tentang pelayanan sebuah rumah sakit swasta
di Tangerang. Namun, pihak rumah sakit tidak melihat e-mail Prita Mulyasari
sebagai sebuah keluhan dan kritik semata, tapi justru menganggap bahwa Prita
Mulyasari telah mencemarkan nama baik rumah sakit melalui media elektronik dan
menggugat Prita Mulyasari dengan hukum perdata dan pidana dengan Undang Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sehingga Prita Mulyasari dijatuhi
hukuman penjara selam 3 minggu dan denda sebesar 204 juta rupiah. Kasus
tersebut menimbulkan kegegeran dalam dunia maya. Para pengguna internet yang
menganggap bahwa apa yang dilakukan Prita Mulyasari hanyalah sekedar
menceritakan pengalaman dan bentuk pengekspresian diri. Prita Mulyasari sama
sekali tidak bersalah. Para pengguna internet yang percaya bahwa Prita Mulyasari
tidak bersalah mulai membuat gerakan media sosial untuk membantu Prita
Mulyasari lepas dari tuduhan tersebut. Akhirnya, melalui gerakan di sosial
media, Prita Mulyasari dibebaskan dari segala tuduhan dan jutaan rakyat
Indonesia membantu Prita Mulyasari dengan mengumpulkan koin solidaritas untuk
membayar dendanya. Prita Mulyasari sendiri menjabarkan bahwa bentuk dukungan
terbesar yang didapatnya berasal dari dunia maya terutama Facebook. Karena
kasus itulah keberadaan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
sempat mendapatkan protes dari para masyarakat. Para pengguna internet
menganggap bahwa hak mereka untuk bisa bebas berekspresi di dunia maya seolah
olah dibatasi dan dicabut dengan adanya kasus Prita Mulyasari. Salah seorang
pengamat Yanuar Nugroho membandingkan kasus tersebut dengan kasus lumpur
Lapindo. Menurut Yanuar Nughroho, bila dibandingkan, jumlah pengikut Prita
Mulyasari dan lumpur Lapindo di Twitter sama sama mencapai jumlah ribuan.
Namun, jumlah bantuan yang didapat berbeda, yang mana dalam kasus Prita
Mulyasari bantuan berhasil dimobilisasikan dan tergolong sukses. Dalam kasus
lumpur Lapindo juga terdapat bantuan. Namun bantuan yang didapatkan tidak
sebesar dan sesukses dalam kasus Prita Mulyasari. Mengapa demikian? Yanuar
Nugroho menyimpulkan bahwa dalam kasus Prita Mulyasari campur tangan media
tidak hanya berasal dari TV, radio dan koran, namun juga berasal dari para
pengguna internet di dunia maya. Hal itulah yang menjadi satu satunya perbedaan
antara suksesnya kasus Prita Mulyasari dibandingkan dengan kasus lumpur Lapindo
yang penyelesaiannya belum jelas sampai sekarang. Kasus lain terjadi di tahun
2009, dimana dua anggota KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah ditahan
atas tuduhan menyalahgunakan wewenang dan menerima suap. Namun masyarakat
memprotes tindakan tersebut dan menuding bahwa otoritas politik dan kepolisian
merupakan dalang sebenarnya yang berada di balik kriminalisasi Bibit Samad
Rianto dan Chandra M Hamzah dengan tujuan untuk memperlemah institusi KPK.
Publik mendukung Bibit-Chandra melalui media internet hingga ke jalanan,
sebelum akhirnya kasus ini diputuskan untuk tidak diteruskan ke pengadilan.
Bibit Samad Rianto pun menjelaskan bahwa sebelumnya dia sama sekali tidak
menyadari jumlah dukungan yang datang dari para pengguna Facebook. Hal tersebut
disebabkan karena Bibit bukanlah pengguna Facebook dan tidak tahu cara memakai
Facebook. Usman yasin, seorang dosen di Universitas Bengkulu merupakan salah
satu aktivis yang ikut dalam gerakan anti korupsi yang juga tertarik dengan
kasus yang menimpa Bibit-Chandra. Usman kemudian membuat sebuah komunitas untuk
mendukung Bibit-Chandra. Komunitas tersebut mulanya hanya memilki 500 anggota,
namun seiring bergantinya hari, jumlah pengikutnya kian meningkat bahkan sampai
mencapai jumlah satu juta pengikut. Hal yang bahkan di luar prediksi Usman
Yasin sendiri. Hal itulah yang kemudian menarik minat Bibit untuk mengajak
Usman Yasin bekerjasama menerbitkan sebuah buku yang diberi judul “Koruptor Go
to Hell”. Bahkan dalam persidanganpun, Usman Yasin sendiri diundang. Beberapa
rekan Bibit pun cukup terheran heran. Mengapa komunitas terbesar pendukung
Bibit-Chandra tidak datang dari Jakarta melainkan dari Bengkulu? Apa yang
terjadi pada warga Jakarta? Kisah tersebut juga memberitahukan kepada setiap
orang betapa pentingnya peran sosial media dalam kehidupan saat ini. Yang mana
media sosial sangat berperan dalam mempengaruhi hukum dan keadilan yang akan
dijatuhkan pada seseorang. Cerita lain dalam pemanfaatan dunia maya muncul ketika
letusan gunung merapi terjadi. Seorang administrator Twitter memanfaatkan
account tersebut untuk menginformasikan posisi para korban yang belum
diselamatkan dari area area tertentu. Yang mana kemudian para tim evakuasi
bergerak untuk menyelamatkan para korban berdasarkan informasi tersebut.
Kemudian melalui account Twitter juga bantuan berupa makanan untuk para korban
bencana gunung merapi dikoordinasi. Twitter jugalah yang mengumpulkan dan
mempertemukan para relawan yang bersedia terjun langsung ke lapangan untuk
membantu para korban bencana gunung merapi. Seorang koordinir relawan Ahmad
Nasir bercerita bahwa tadinya dia hanya menawari teman teman terdekatnya untuk
menjadi sukarelawan dan terjun langsung ke lapangan. Namun ternyata ketika ide
tersebut disebarkan di Twitter, banyak orang yang berminat untuk menjadi
sukarelawan. Jumlah orang yang berminat menjadi sukarelawanpun cukup fantastis.
Dalam 5 menit pertama, terdapat sekitar 25 orang yang mendaftar. Setengah jam
kemudian lebih dari 100 orang sudah terdaftar menjadi relawan. Dan yang lebih
mengejutkan lagi, dalam waktu 2 minggu, jumlah relawan mencapai 3000 orang yang
tidak hanya terdiri dari masyarakat Yogja sendiri namun juga banyak masyarakat
luar Yogja yang tergabung. Gerakan relawan “Jalin Merapi” itu sendiri
mengajarkan para relawannya untuk bersosialisasi, dan juga belajar untuk
menghargai hidup dan lebih meningkatkan rasa kemanusiaan. Ahmad nasir pun
menyimpulkan bahwa informasi adalah kekuatan. Siapapun yang dapat menguasai
informasi maka akan menjadi kuat. Jika selama ini masyarakat hanya sebagai
konsumen informasi maka Ahmad Nasir sangat ingin mendorong masyarakat tidak
hanya sebagai konsumen namun juga dapat menjadi pengelola, memproduksi dan
mempertukarkan informasi. Ahmad Nasir juga menilai bahwa sebagian besar korban
bencana berasal dari masyarakat tidak bersuara yang jumlahnya cukup besar. Dari
semua penggalan cerita diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerakan masyarakat
itulah yang ternyata sanggup menjembatani dan menghubungkan suatu kejadian yang
terjadi di tempat yang jauh, seperti contohnya masalah TKW, buruh dan orang
orang miskin di desa. Itulah tugas utama gerakan masyarakat, yaitu untuk
membuat kejadian kejadian yang terjadi jauh di sana terasa lebih dekat dengan
menggunakan bahasa dan media penghubung seperti jaringan internet sehingga
memudahkan mereka untuk saling beresonansi. Dalam pengaplikasian internet pun,
bila internet digunakan dengan benar dan dioptimalkan sepositif mungkin, maka
manfaat yang akan didapatkan sangatlah luar biasa bahkan untuk perubahan
sosial. Internet juga dapat membantu mengarahkan seseorang untuk kehidupan masa
depan yang lebih positif. Pada kenyataannya bangsa Indonesia bukanlah bangsa
yang kaya melainkan bangsa yang miskin. Akan tetapi Indonesia bukanlah bangsa
yang bodoh. Namun rakyat lupa akan hal tersebut. Apabila diberi kesempatan,
maka Indonesia akan bisa berkembang menjadi menakjubkan. Bahkan saat ini,
bangsa Indonesia sudah sanggup menjadi contoh untuk negara lain terutama di
dunia teknologi internet. Seharusnya Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara
lain terutama tentang bagaimana Indonesia mampu memanfaatkan media sosial untuk
hal hal yang jauh lebih berguna seperti untuk menolong korban bencana alam,
gerakan kemanusiaan, keadilan, anti korupsi dan lain sebagainya. Namun, hal
tersebut mungkin saja terbentur dengan sikap pemerintah yang mungkin lebih
bodoh daripada rakyatnya sendiri. Hal itulah yang membuat rakyat sulit maju.