Rabu, 23 Januari 2013

Ringkasan Film #LINIMASSA


Bangsa Indonesia bukanlah sebuah negara yang hanya terdiri dari 5000 desa dan hanya berpenduduk beberapa juta jiwa saja. Ada sekitar 60.000 desa yang tersebar di Indonesia yang dihuni oleh 220 juta jiwa penduduk. Dari total angka tersebut, 30.1 juta penduduk di Indonesia merupakan pengguna Facebook sedangkan 6.2 juta sisanya adalah para pengguna Twitter. Fakta tersebut mencatatkan Indonesia sebagai negara pengguna Facebook nomor 2 terbesar di dunia dan juga sebagai negara pengguna Twitter nomor 3 terbesar seasia. Secara global, Indonesia menduduki peringkat satu dalam penggunaan Twitter (20.8%) melebihi jumlah persentase negara Brazil (20.5%) dan Amerika (11.9%). Bahkan jika dihitung, pengguna handphone, kartu data dan media internet lainnya, akan muncul angka sekitar 4.5 juta pengguna internet di Indonesia. Jumlah blogger sendiri mencapai angka sekitar 2.7 juta. Bahkan secara umum, pengguna handphone di Indonesia mencapai jumlah 150 sampai 180 juta pengguna. Jumlah yang fantastik, karena bila membicarakan tentang topik media sosial dan sejenisnya, jumlah pengguna di Indonesia telah mencapai angka yang luar biasa. Dilihat dari faktor sosial, pada dasarnya orang ingin dikenali, menunjukkan keberadaannya (exist), mengekspresikan diri dan menjalin hubungan dengan orang lain. Hal hal tersebut merupakan sifat dasar manusia. Maka ketika media sosial mulai diperkenalkan, setiap orang yang mengetahuinya langsung memanfaatkannya untuk bersosialisasi. Media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana untuk bersosialisasi namun juga dapat mnejadi peluang bisnis, contohnya adalah sebuah cerita tentang seorang tukang becak di Yogyakarta. Cerita tersebut merupakan pengalaman dari seorang tukang becak yang juga pengguna Facebook. Setelah mempelajari Facebook dan mengaplikasikan layanannya ke seluruh dunia, tukang becak tersebut mendapat klien dari luar negeri yang kemudian datang ke Yogya karena perbincangannya dengan si tukang becak. Selama di Yogya, tukang becak itu menjadi pemandu wisata bagi turis tersebut dan berhasil mengeruk keuntungan yang jumlahnya tidak sedikit. Fakta tersebut mengungkapkan bahwa seseorang bisa saja mendapatkan peluang bisnis dengan memanfaatkan Facebook sebaik baiknya daripada hanya sekedar menggunakan Facebook untuk update status. Kisah lain juga datang dari para Blogger. Seorang Blogger bernama Bengawan yang bertempat di Solo sanggup membuat sebuah komunitas pelatihan menulis Blog yang ternyata tidak hanya diikuti oleh para mahasiswa namun komunitas tersebut juga menarik perhatian beberapa orang untuk bergabung. Menariknya, para anggota komitas ini meliputi segala kalangan, termasuk orang orang penyandang cacat. Bagi penyandang cacat, media Blog merupakan suatu sarana yang menguntungkan. Melalui Blog, mereka mengeluarkan uneg uneg dan menceritakan tentang diri mereka kepada dunia. Komunitas tersebut tidak hanya mengajarkan cara membuat Blog namun juga mengajarkan para anggotanya tentang Desain Grafis, Photoshop dan juga komputerisasi umum bagi para anggota yang baru mengenal komputer. Sammy Pangerapan, salah satu asosiasi penyedia layanan internet menjabarkan, bahwa salah satu tujuan hidupnya adalah memberikan dukungan dan memperkenalkan betapa indah dan bergunanya internet kepada masyarakat yang tidak begitu mengenal internet. Sammy juga menjelaskan lebih jauh bahwa internet mempermudah mereka dalam melakukan bisnis, saling berhubungan, saling berbagi, dan juga merupakan tempat untuk menambah ilmu pengetahuan. Sammy juga menganggap belajar internet jauh lebih menguntungkan daripada membuang buang tenaga untuk melawan aspek aspek negatif. Di sisi lain, keberadaan media bisa menjadi hal yang sangat vital bagi seseorang. Sebuah account Twitter “Blood For Life” merupakan salah satu contohnya. Menceritakan tentang seorang dokter yang memanfaatkan account tersebut untuk mencoba mencari donor darah yang sulit dicari bagi pasiennya yang akan menjalani operasi. Para anggota account “Blood For Life” yang mendapat informasi tersebut langsung menuju rumah sakit untuk mendonorkan darah mereka. Dan berkat itulah pasien itu dapat menjalani operasi sesegera mungkin. Mungkin bagi beberapa pengguna Twitter, Twitter hanyalah tempat untuk update status, namun bagi seseorang, Twitter ternyata adalah salah satu media yang sanggup menyelamatkan nyawa seseorang. Masih terkait dengan media sosial, tentu kita masih ingat tentang kasus pada tahun 2008 yang melibatkan seorang ibu rumah tangga yang juga seorang pengguna internet bernama Prita Mulyasari. Dalam e-mailnya, Prita Mulyasari mengeluhkan tentang pelayanan sebuah rumah sakit swasta di Tangerang. Namun, pihak rumah sakit tidak melihat e-mail Prita Mulyasari sebagai sebuah keluhan dan kritik semata, tapi justru menganggap bahwa Prita Mulyasari telah mencemarkan nama baik rumah sakit melalui media elektronik dan menggugat Prita Mulyasari dengan hukum perdata dan pidana dengan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sehingga Prita Mulyasari dijatuhi hukuman penjara selam 3 minggu dan denda sebesar 204 juta rupiah. Kasus tersebut menimbulkan kegegeran dalam dunia maya. Para pengguna internet yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Prita Mulyasari hanyalah sekedar menceritakan pengalaman dan bentuk pengekspresian diri. Prita Mulyasari sama sekali tidak bersalah. Para pengguna internet yang percaya bahwa Prita Mulyasari tidak bersalah mulai membuat gerakan media sosial untuk membantu Prita Mulyasari lepas dari tuduhan tersebut. Akhirnya, melalui gerakan di sosial media, Prita Mulyasari dibebaskan dari segala tuduhan dan jutaan rakyat Indonesia membantu Prita Mulyasari dengan mengumpulkan koin solidaritas untuk membayar dendanya. Prita Mulyasari sendiri menjabarkan bahwa bentuk dukungan terbesar yang didapatnya berasal dari dunia maya terutama Facebook. Karena kasus itulah keberadaan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sempat mendapatkan protes dari para masyarakat. Para pengguna internet menganggap bahwa hak mereka untuk bisa bebas berekspresi di dunia maya seolah olah dibatasi dan dicabut dengan adanya kasus Prita Mulyasari. Salah seorang pengamat Yanuar Nugroho membandingkan kasus tersebut dengan kasus lumpur Lapindo. Menurut Yanuar Nughroho, bila dibandingkan, jumlah pengikut Prita Mulyasari dan lumpur Lapindo di Twitter sama sama mencapai jumlah ribuan. Namun, jumlah bantuan yang didapat berbeda, yang mana dalam kasus Prita Mulyasari bantuan berhasil dimobilisasikan dan tergolong sukses. Dalam kasus lumpur Lapindo juga terdapat bantuan. Namun bantuan yang didapatkan tidak sebesar dan sesukses dalam kasus Prita Mulyasari. Mengapa demikian? Yanuar Nugroho menyimpulkan bahwa dalam kasus Prita Mulyasari campur tangan media tidak hanya berasal dari TV, radio dan koran, namun juga berasal dari para pengguna internet di dunia maya. Hal itulah yang menjadi satu satunya perbedaan antara suksesnya kasus Prita Mulyasari dibandingkan dengan kasus lumpur Lapindo yang penyelesaiannya belum jelas sampai sekarang. Kasus lain terjadi di tahun 2009, dimana dua anggota KPK Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah ditahan atas tuduhan menyalahgunakan wewenang dan menerima suap. Namun masyarakat memprotes tindakan tersebut dan menuding bahwa otoritas politik dan kepolisian merupakan dalang sebenarnya yang berada di balik kriminalisasi Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah dengan tujuan untuk memperlemah institusi KPK. Publik mendukung Bibit-Chandra melalui media internet hingga ke jalanan, sebelum akhirnya kasus ini diputuskan untuk tidak diteruskan ke pengadilan. Bibit Samad Rianto pun menjelaskan bahwa sebelumnya dia sama sekali tidak menyadari jumlah dukungan yang datang dari para pengguna Facebook. Hal tersebut disebabkan karena Bibit bukanlah pengguna Facebook dan tidak tahu cara memakai Facebook. Usman yasin, seorang dosen di Universitas Bengkulu merupakan salah satu aktivis yang ikut dalam gerakan anti korupsi yang juga tertarik dengan kasus yang menimpa Bibit-Chandra. Usman kemudian membuat sebuah komunitas untuk mendukung Bibit-Chandra. Komunitas tersebut mulanya hanya memilki 500 anggota, namun seiring bergantinya hari, jumlah pengikutnya kian meningkat bahkan sampai mencapai jumlah satu juta pengikut. Hal yang bahkan di luar prediksi Usman Yasin sendiri. Hal itulah yang kemudian menarik minat Bibit untuk mengajak Usman Yasin bekerjasama menerbitkan sebuah buku yang diberi judul “Koruptor Go to Hell”. Bahkan dalam persidanganpun, Usman Yasin sendiri diundang. Beberapa rekan Bibit pun cukup terheran heran. Mengapa komunitas terbesar pendukung Bibit-Chandra tidak datang dari Jakarta melainkan dari Bengkulu? Apa yang terjadi pada warga Jakarta? Kisah tersebut juga memberitahukan kepada setiap orang betapa pentingnya peran sosial media dalam kehidupan saat ini. Yang mana media sosial sangat berperan dalam mempengaruhi hukum dan keadilan yang akan dijatuhkan pada seseorang. Cerita lain dalam pemanfaatan dunia maya muncul ketika letusan gunung merapi terjadi. Seorang administrator Twitter memanfaatkan account tersebut untuk menginformasikan posisi para korban yang belum diselamatkan dari area area tertentu. Yang mana kemudian para tim evakuasi bergerak untuk menyelamatkan para korban berdasarkan informasi tersebut. Kemudian melalui account Twitter juga bantuan berupa makanan untuk para korban bencana gunung merapi dikoordinasi. Twitter jugalah yang mengumpulkan dan mempertemukan para relawan yang bersedia terjun langsung ke lapangan untuk membantu para korban bencana gunung merapi. Seorang koordinir relawan Ahmad Nasir bercerita bahwa tadinya dia hanya menawari teman teman terdekatnya untuk menjadi sukarelawan dan terjun langsung ke lapangan. Namun ternyata ketika ide tersebut disebarkan di Twitter, banyak orang yang berminat untuk menjadi sukarelawan. Jumlah orang yang berminat menjadi sukarelawanpun cukup fantastis. Dalam 5 menit pertama, terdapat sekitar 25 orang yang mendaftar. Setengah jam kemudian lebih dari 100 orang sudah terdaftar menjadi relawan. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dalam waktu 2 minggu, jumlah relawan mencapai 3000 orang yang tidak hanya terdiri dari masyarakat Yogja sendiri namun juga banyak masyarakat luar Yogja yang tergabung. Gerakan relawan “Jalin Merapi” itu sendiri mengajarkan para relawannya untuk bersosialisasi, dan juga belajar untuk menghargai hidup dan lebih meningkatkan rasa kemanusiaan. Ahmad nasir pun menyimpulkan bahwa informasi adalah kekuatan. Siapapun yang dapat menguasai informasi maka akan menjadi kuat. Jika selama ini masyarakat hanya sebagai konsumen informasi maka Ahmad Nasir sangat ingin mendorong masyarakat tidak hanya sebagai konsumen namun juga dapat menjadi pengelola, memproduksi dan mempertukarkan informasi. Ahmad Nasir juga menilai bahwa sebagian besar korban bencana berasal dari masyarakat tidak bersuara yang jumlahnya cukup besar. Dari semua penggalan cerita diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerakan masyarakat itulah yang ternyata sanggup menjembatani dan menghubungkan suatu kejadian yang terjadi di tempat yang jauh, seperti contohnya masalah TKW, buruh dan orang orang miskin di desa. Itulah tugas utama gerakan masyarakat, yaitu untuk membuat kejadian kejadian yang terjadi jauh di sana terasa lebih dekat dengan menggunakan bahasa dan media penghubung seperti jaringan internet sehingga memudahkan mereka untuk saling beresonansi. Dalam pengaplikasian internet pun, bila internet digunakan dengan benar dan dioptimalkan sepositif mungkin, maka manfaat yang akan didapatkan sangatlah luar biasa bahkan untuk perubahan sosial. Internet juga dapat membantu mengarahkan seseorang untuk kehidupan masa depan yang lebih positif. Pada kenyataannya bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang kaya melainkan bangsa yang miskin. Akan tetapi Indonesia bukanlah bangsa yang bodoh. Namun rakyat lupa akan hal tersebut. Apabila diberi kesempatan, maka Indonesia akan bisa berkembang menjadi menakjubkan. Bahkan saat ini, bangsa Indonesia sudah sanggup menjadi contoh untuk negara lain terutama di dunia teknologi internet. Seharusnya Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara lain terutama tentang bagaimana Indonesia mampu memanfaatkan media sosial untuk hal hal yang jauh lebih berguna seperti untuk menolong korban bencana alam, gerakan kemanusiaan, keadilan, anti korupsi dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut mungkin saja terbentur dengan sikap pemerintah yang mungkin lebih bodoh daripada rakyatnya sendiri. Hal itulah yang membuat rakyat sulit maju.